Cari Blog Ini

Selasa, 15 Maret 2011

AQIDAH-AQIDAH AHLUSSUNNAH WAL JAMA'AH

1. Apakah yang dimaksud dengan ilmu agama yang (hukum mempelajarinya) fardlu ‘ain ?
Jawab: Diwajibkan atas setiap mukallaf (baligh dan berakal) untuk mempelajari kadar ilmu agama yang ia butuhkan seperti masalah aqidah (keyakinan), bersuci, shalat, puasa, zakat bagi yang wajib mengeluarkannya, haji bagi yang mampu, maksiat-maksiat hati, tangan, mata dan lain-lain. Allah ta’ala berfirman:
Maknanya: “Katakanlah (wahai Muhammad) tidaklah sama orang yang mengetahui dan orang yang tidak mengetahui” (Q.S. az-Zumar: 9)
Dalam hadits disebutkan:
Maknanya: “Menuntut ilmu agama (yang dlaruri / pokok) adalah wajib atas setiap muslim (laki-laki dan perempuan)” (H.R. al Bayhaqi)

2. Apakah hikmah dari penciptaan jin dan manusia ?
Jawab: Untuk diperintahkan Allah agar beribadah kepada-Nya. Allah ta’ala berfirman:
Maknanya: “Dan tiadalah aku ciptakan jin dan manusia kecuali (Aku perintahkan mereka) untuk beribadah kepada-Ku” (Q.S.adz-Dzariyat: 56)
Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda:
Maknanya: “Hak Allah atas para hamba adalah mereka beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun” (H.R. al Bukhari dan Muslim)

3. Bagaimanakah sahnya ibadah ?
Jawab: Beribadah kepada Allah (hanya) sah dilakukan oleh orang yang meyakini adanya Allah dan tidak menyerupakan-Nya dengan sesuatu apapun dari makhluk-Nya. Allah ta’ala berfirman:
Maknanya: “Dia (Allah) tidak menyerupai sesuatupun dari makhluk-Nya dan tidak ada
sesuatupun yang menyerupai-Nya” (Q.S. asy-Syura: 11)
Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda:
Maknanya: “Tuhan tidak bisa dipikirkan (dibayangkan)” (H.R. Abu al Qasim al Anshari)
Al Ghazali berkata:“Tidak sah ibadah (seorang hamba) kecuali setelah mengetahui (Allah) yang wajib disembah”.

4. Kenapa Allah mengutus para rasul ?
Jawab: Allah mengutus para rasul untuk mengajarkan kepada umat manusia hal-hal yang membawa kemaslahatan (kebaikan) dalam agama dan dunia mereka. Dan untuk mengajak mereka menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun. Allah ta’ala berfirman:
Maknanya: “…Maka Allah mengutus para nabi untuk memberikan kabar gembira dan memberi peringatan” (Q.S. al Baqarah: 213)
Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda:
Maknanya: “Perkataan paling utama yang aku dan para nabi sebelumku adalah ucapkan LAA ILAHA ILALLAH (tiada yang disembah dengan benar kecuali Allah)” (H.R. al Bukhari)

5. Apakah arti Tauhid ?
Jawab: Tauhid adalah:
“Tauhid adalah mensucikan (Allah) yang tidak mempunyai permulaan dari menyerupai makhluk-Nya”.
Sebagaimana dijelaskan oleh al Imam al Junayd. Maksud beliau dengan al Qadim adalah Allah yang tidak mempunyai permulaan, sedangkan al Muhdats adalah makhluk. Allah ta’ala berfirman:
Maknanya: “Dia (Allah) tidak menyerupai sesuatupun dari makhluk-Nya dan tidak ada
sesuatupun yang menyerupai-Nya” (Q.S. asy-Syura: 11)
Suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam ditanya: Perbuatan apa yang paling utama? Rasulullah menjawab:
Maknanya: “Iman kepada Allah dan Rasul-Nya” (H.R. al Bukhari)

6. Jelaskan mengenai keberadaan Allah !
Jawab: Allah ada, tidak ada keraguan akan ada-Nya. Ada tanpa disifati dengan sifat-sifat makhluk dan ada tanpa tempat dan arah. Dia tidak menyerupai sesuatupun dari makhluk-Nya dan tidak ada sesuatupun dari makhluk-Nya yang menyerupai-Nya.
Allah ta’ala berfirman:
Maknanya: “Tidak ada keraguan akan adanya Allah” (Q.S. Ibrahim: 10)
Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda:
Maknanya: “Allah ada pada azal (keberadaan tanpa permulaan) dan tidak ada
sesuatupun selain-Nya” (H.R. al Bukhari dan lainnya)

7. Apakah makna firman Allah:
وهو معكم أينما كنتم
Jawab: Maknanya bahwa Allah mengetahui kalian di manapun kalian berada, sebagaimana dikatakan oleh Imam Sufyan ats-Tsauri, asy-Syafi’i, Ahmad, Malik dan lain-lain.
Allah ta’ala berfirman:
Maknanya: “Dan sesungguhnya Allah maha mengetahui segala sesuatu” (Q.S. ath-Thalaq: 12)
Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda:
Maknanya: “Janganlah kalian memaksakan diri untuk mengeraskan suara (secara berlebihan), karena kalian tidak berdoa kepada Dzat yang tuli dan ghaib, sesungguhnya kalian berdoa kepada Dzat yang maha mendengar lagi maha dekat (secara maknawi,
bukan secara fisik)” (H.R. al Bukhari)
Maknanya bahwa tidak ada sesuatu yang tersembunyi bagi Allah.

8. Apakah dosa yang paling besar ?
Jawab: Dosa paling besar adalah kufur. Dan termasuk kufur adalah syirik. Syirik adalah menyembah selain Allah. Allah ta’ala berfirman tentang Luqman, bahwa Luqman berkata:
Maknanya: “Wahai anakku, jangan menyekutukan Allah (syirik) karena menyekutukan Allah (syirik) adalah kezhaliman yang besar” (Q.S. Luqman: 13)
Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam pernah ditanya: apakah dosa yang paling
besar ? beliau menjawab: “Engkau menyekutukan Allah padahal Ia telah menciptakanmu” (H.R. al Bukhari dan lainnya)

9. Apakah arti ibadah ?
Jawab: Ibadah adalah puncak ketundukan dan ketaatan sebagaimana yang dikatakan oleh al Hafizh as-Subki. Allah ta’ala berfirman:
Maknanya: “Tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Aku (Allah), maka beribadahlah kepada-Ku” (Q.S. al Anbiya’ : 25)

10. Apakah الدعاء (kadang) bermakna ibadah ?
Jawab: Ya, Allah ta’ala berfirman:
Maknanya: “Katakanlah (wahai Muhammad) sesungguhnya aku hanyalah beribadah kepada Tuhanku dan tidak menyekutukan-Nya dengan seorangpun” (Q.S. al Jinn: 20)
Maknanya bahwa aku menyembah atau beribadah kepada Allah.
Allah juga berfirman:
Maknanya: “Maka janganlah kamu menyembah (beribadah) seorangpun di samping (menyembah) Allah” (Q.S. al Jinn: 18)
Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda yang maknanya adalah: “Doa adalah ibadah” (H.R. al Bukhari)
Makna ibadah dalam hadits ini adalah kebaikan.

11. Apakah الدعاء (kadang) mempunyai arti selain ibadah ?
Jawab: Ya, Allah ta’ala berfirman:
Maknanya: “Janganlah kamu jadikan doa (panggilan) Rasulullah di antara kamu seperti
panggilan sebagian kamu kepada sebagian yang lain” (Q.S. an-Nur: 63)

12. Apakah hukum memanggil (Nida') seorang nabi atau seorang wali, meski tidak di hadapan keduanya, dan apa hukum meminta kepada nabi atau wali sesuatu yang biasanya tidak pernah diminta oleh umat manusia ?
Jawab: Itu semua boleh dilakukan, karena perbuatan seperti itu tidaklah dianggap beribadah kepada selain Allah. Ucapan “Wahai Rasulullah” semata bukanlah syirik. Dalam sebuah hadits yang tsabit disebutkan bahwa Bilal ibn al Harits al Muzani (salah seorang sahabat Nabi) mendatangi makam Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam saat musim paceklik di masa pemerintahan Umar ibn al Khaththab –semoga Allah meridlainya- lalu Bilal berkata (di depan makam Nabi): “Wahai Rasulullah ! mohonlah (kepada Allah) agar diturunkan air hujan untuk umatmu, karena sungguh mereka telah binasa” (H.R. al Bayhaqi dan lainnya). Apa yang dilakukan sahabat Bilal ini sama sekali tidak diingkari oleh sahabat Umar dan para sahabat lainnya, bahkan mereka menilai perbuatan
tersebut bagus. Allah ta’ala berfirman:
Maknanya: “Sesungguhnya jikalau mereka ketika menzhalimi diri mereka (berbuat
maksiat kepada Allah) kemudian datang kepadamu lalu memohon ampun kepada Allah,
dan Rasulullah-pun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati
Allah maha menerima taubat lagi maha penyayang” (Q.S. an-Nisa: 64)
Juga dalam hadits yang tsabit telah disebutkan: Bahwa Ibnu Umar mengatakan:
YAA MUHAMMAD (wahai Muhammad) ketika merasakan semacam kelumpuhan pada kakinya (H.R.al Bukhari dalam kitabnya al Adab al Mufrad)

13. Jelaskan mengenai arti “Istighatsah” dan “Isti’anah” disertai dengan dalil ?
Jawab: Istighatsah adalah meminta pertolongan ketika dalam keadaan sukar dan sulit. Sedangkan Isti’anah maknanya lebih luas dan umum. Allah ta’ala berfirman:
Maknanya: “Mintalah pertolongan dengan sabar dan shalat” (Q.S. al Baqarah: 45)
Dalam hadits disebutkan: "Matahari akan mendekat ke kepala manusia di hari kiamat, ketika mereka berada pada kondisi seperti itu mereka beristighatsah (meminta pertolongan) kepada Nabi Adam" (H.R. al Bukhari). Hadits ini merupakan dalil dibolehkannya isti’anah (meminta pertolongan) secara umum kepada selain Allah. Namun hal itu harus disertai dengan keyakinan bahwa tidak ada yang bisa mendatangkan bahaya dan memberikan manfa’at secara hakiki kecuali Allah.

14. Terangkan tentang tawassul dengan para nabi?
Jawab: Para ulama sepakat bahwa tawassul dengan para nabi itu boleh. Tawassul adalah memohon datangnya manfa’at (kebaikan) atau dihindarkan dari mara bahaya (keburukan) dari Allah dengan menyebut nama seorang nabi atau wali untuk memuliakan (ikram) keduanya, dengan disertai keyakinan bahwa yang mendatangkan bahaya dan manfa’at secara hakiki hanyalah Allah semata. Allah ta’ala berfirman:
Maknanya: “Dan carilah hal-hal yang (bisa) mendekatkan diri kalian kepada Allah” (Q.S. al Mai-dah: 35)
Dalam hadits disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam mengajarkan kepada seorang yang buta untuk bertawassul dengannya. Lalu orang buta tersebut melaksanakannya di belakang (bukan di hadapan) Nabi,
maka Allah mengembalikan penglihatannya (H.R. ath-Thabarani dan dishahihkannya)

15. Jelaskan mengenai tawassul dengan para wali !
Jawab: Boleh bertawassul dengan para wali, tidak diketahui ada orang yang menyalahi kebolehan ini dari kalangan Ahlul Haqq (orang-orang yang berada di jalur kebenaran), baik generasi Salaf maupun Khalaf. Dalam hadits diceritakan bahwa Umar bertawassul dengan ‘Abbas (paman Rasulullah). Umar berkata:
“Ya Allah kami bertawassul kepada-Mu dengan paman Nabi kami (‘Abbas) (supaya Engkau turunkan air hujan)” (H.R. al Bukhari)

16. Terangkan mengenai hadits al Jariyah (sebuah hadits di mana Rasulullah
bertanya kepada seorang budak perempuan: “Aina Allah?, lalu ia menjawab:Fi as-Sama”)!
Jawab: Hadits tersebut mudltharib (diriwayatkan dengan lafazh matan yang berbeda-beda dan saling bertentangan sehingga menjadikannya dihukumi sebagai hadits dla’if). Adapun sebagian ulama yang menganggapnya shahih, menurut mereka bukan berarti hadits ini mengandung makna bahwa Allah menempati langit. Imam an-Nawawi mengomentari hadits ini dengan mengatakan: “Aina Allah adalah pertanyaan tentang derajat dan kedudukan-Nya bukan mengenai tampat-Nya”. Aina Allah berarti seberapa besar pengagunganmu terhadap Allah ?. Jawabannya: “Fi as-Sama” mempunyai makna bahwa Allah, derajat dan kedudukan-Nya sangat tinggi.Tidak boleh diyakini bahwa Rasulullah bertanya kepada budak perempuan tersebut tentang tempat (di mana) Allah ? dan juga tidak boleh diyakini bahwa budak perempuan itu bermaksud Allah menempati langit. Imam Ali ibn Abi Thalib –Karramallahu wajhah- berkata:
“Tidak boleh dikatakan di mana bagi Dzat yang menciptakan di mana (tempat) …”
(Disebutkan dalam kitab ar-Risalah al Qusyairiyyah karya Abu al Qasim al Qusyairi).

Imam Abu Hanifah dalam kitabnya al Fiqh al Absath menyatakan:
“Allah ada pada azal (keberadaan tanpa permulaan) dan belum ada tempat, Dia ada (pada azal) dan belum ada tempat serta makhluk, dan Dia pencipta segala sesuatu”.
Allah ta’ala berfirman:
Maknanya: “Dia (Allah) tidak menyerupai sesuatupun dari makhluk-Nya dan tidak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya” (Q.S. asy-Syura: 11)
Dalam hadits: Maknanya: “ Allah ada pada azal (keberadaan tanpa permulaan) dan belum ada sesuatu
selain-Nya” (H.R. al Bukhari)

17. Orang yang mencaci maki Allah hukumnya adalah kafir. Jelaskan mengenai hal ini disertai dengan dalil !
Jawab: al Qadli ‘Iyadl mengutip Ijma' (kesepakatan ulama) bahwa orang yang mencaci maki Allah adalah kafir meskipun dalam keadaan marah, bercanda atau hati yang tidak lapang (meski hatinya tidak ridla dengan makian terhadap Allah yang diucapkan oleh lisan).
Allah ta’ala berfirman:
Maknanya: “Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka katakan itu), tentulah mereka akan menjawab: “Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja”. Katakanlah (kepada mereka) Apakah terhadap Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kalian berolok-olok (melecehkan), tidak usah kalian meminta maaf, kalian benar-benar menjadi kafir setelah kalian beriman” (Q.S. at-Taubah: 65-66)
Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda:
Maknanya: “Sungguh seorang hamba jika mengucapkan perkataan (yang melecehkan atau menghina Allah atau syari’at-Nya) yang dianggapnya tidak bahaya, (padahal perkataan tersebut) bisa menjerumuskannya ke (dasar) neraka (yang untuk mencapainya dibutuhkan waktu) 70 tahun (dan tidak akan dihuni kecuali oleh orang kafir)” (H.R. at-Tirmidzi dan ia menyatakan hadits ini hasan)

18. Sebutkan dalil dibolehkannya ziarah kubur bagi laki-laki dan perempuan ?
Jawab: Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda:
Maknanya: “Lakukanlah ziarah kubur, karena sesungguhnya ia dapat mengingatkan kalian akan kehidupan akhirat” (H.R. al Bayhaqi)

19. Bagaimanakah cara masuk Islam ?
Jawab: Cara masuk Islam adalah dengan mengucapkan dua kalimat syahadat, bukan dengan mengucapkan istigfar . Adapun firman Allah tentang Nabi Nuh ‘alayhi as-salam bahwa ia mengatakan:
Maknanya adalah bahwa Nabi Nuh menyeru kepada kaumnya untuk masuk Islam dengan beriman kepada Allah dan Nabi-Nya Nuh ‘alayhi as-salam supaya Allah mengampuni mereka.
Dalam hadits disebutkan:
Maknanya: “Aku diperintahkan untuk memerangi umat manusia sehingga mereka
bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan aku adalah utusan Allah” (H.R. al Bukhari dan Muslim)

20. Jelaskan mengenai hukum mengucapkan pujian (mad-h) untuk Rasulullah ?
Jawab: Hukumnya boleh dengan Ijma' (kesepakatan para ulama').
Allah ta’ala berfirman:
Maknanya: “Dan sesungguhnya engkau wahai Muhammad mempunyai perilaku yang agung” (Q.S. al Qalam: 4)
Allah juga berfirman:
Maknanya: “… dan mereka memuji, mengagungkan dan membela Rasulullah” (Q.S. al A’raf: 157)
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa suatu ketika ada sejumlah perempuan yang memuji Nabi shallallahu ‘alayhi wasallam dengan mengatakan di hadapan Nabi:
“Muhammad adalah seorang tetangga yang sangat agung” (H.R. Ibnu Majah)
Telah disebutkan dengan sanad yang shahih bahwa tidak sedikit sahabat Nabi yang memuji-muji Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam seperti Hassan ibn Tsabit, 'Abbas dan yang lainnya, dan Rasulullah sendiri tidak mengingkari hal tersebut, bahkan sebaliknya justru menganggapnya sebagai perbuatan yang baik.

21. Jelaskan tentang siksa kubur !
Jawab: Beriman akan adanya siksa kubur adalah wajib, ketetapan akan adanya siksa kubur telah disepakati oleh umat Islam (Ijma’) dan barang siapa yang mengingkarinya maka ia telah kafir. Allah ta’ala berfirman:
Maknanya: “Kepada mereka (orang-orang kafir pengikut Fir’aun) dinampakkan neraka pada pagi dan petang (di kuburan mereka), dan pada hari terjadinya kiamat, (dikatakan kepada malaikat): Masukkan Fir’aun dan orang-orang yang mengikutinya dalam kekufuran ke dalam siksa (neraka) yang sangat pedih” (Q.S. Ghafir: 46)
Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda:
Maknanya: “Mohonlah perlindungan kepada Allah dari siksa kubur” (H.R. al Bukhari)

wallahu a'lam

Sabtu, 12 Maret 2011

POKOK-POKOK AQIDAH YANG TERKANDUNG DALAM SYAHADAT, YANG WAJIB DI KETAHUI DAN DI YAKINI OLEH SETIAP MUSLIM

Wajib bagi semua mukallaf untuk memeluk agama Islam, meyakininya untuk selamanya dan melaksanakan segala hukum-hukum yang diwajibkan atasnya. Di antara hal yang wajib diketahui dan diyakini secara mutlak, dan wajib diucapkan seketika jika memang dia (mukallaf) kafir, atau jika tidak (ia bukan seorang kafir) maka wajib mengucapkannya dalam shalat, adalah dua kalimat syahadat:

Makna ASYHADU ALLAA ILAAHA ILLALLAAH : aku mengetahui, meyakini dan mengakui (dengan ucapan) bahwa tidak ada yang disembah dengan hak (benar) kecuali Allah, yang Esa,tiada sekutu bagi-Nya, tidak terbagi-bagi, tidak bermula, tidak didahului dengan ketiadaan, Maha Hidup, tidak membutuhkan kepada yang lain, tidak berakhir, Maha Pencipta, Pemberi rizki, Maha mengetahui, Maha Kuasa, yang mudah bagi-Nya melakukan segala apa yang Ia kehendaki. Segala apa yang Ia kehendaki terjadi dan segala apa yang tidak Ia
kehendaki tidak akan terjadi. Tidak ada daya untuk menjauhi perbuatan dosa kecuali dengan pemeliharaan-Nya, dan tidak ada kekuatan untuk berbuat ta'at kepada-Nya kecuali dengan pertolongan-
Nya. Allah memiliki segala sifat kesempurnaan yang layak bagi-Nya dan Maha Suci dari segala kekurangan bagi-Nya.

Allah tidak menyerupai sesuatupun dari makhluk-Nya dan tidak ada sesuatupun dari makhluk-Nya yang menyerupai-Nya, Dia Maha Mendengar dan Maha Melihat. Hanya Allah yang tidak memiliki permulaan (Qadim), segala sesuatu selain-Nya memiliki permulaan (Hadits-baharu). Dia-lah sang Pencipta,segala sesuatu selain-Nya adalah ciptaan-Nya (makhluk). Segala yang ada (masuk ke dalam wujud),benda dan perbuatannya, mulai dari (benda yang terkecil) dzarrah hingga (benda terbesar) 'Arsy, segala gerakan manusia dan diamnya, niat dan lintasan fikirannya; semuanya itu (ada) dengan penciptaan Allah, tidak ada yang menciptakannya selain Allah,bukan thabi'ah (yang menciptakannya) dan bukan pula 'Illah. Akan tetapi segala sesuatu tersebut masuk pada keberadaan (ada) dengan kehendak Allah dan kekuasaan-Nya, dengan ketentuan dan ilmu-Nya yang azali (yang tidak bermula),

sebagaimana firman Allah:"Dan Allah menciptakan segala sesuatu"(Q.S. al Furqan: 2)
Artinya Allah mengadakannya dari tidak ada menjadi ada.
Makna (Khalaqa) demikian ini tidak layak
bagi siapapun kecuali hanya bagi Allah.
Allah berfirman:Maknanya: "Tidak ada pencipta selain Allah" (Q.S.Fathir: 3)

"Apabila seseorang melempar kaca dengan batu hingga pecah, maka
lemparan, hantaman batu dan pecahnya kaca
semuanya adalah ciptaan Allah. Jadi seorang hamba hanyalah melakukan kasb. Adapun penciptaan hanya
milik Allah,
Allah berfirman:"Bagi setiap jiwa (balasan baik dari) kebaikan yang ia lakukan dengan kasabnya dan atas setiap jiwa
(balasan buruk atas) keburukan yang ia lakukan" (Q.S. al-Baqarah: 286)

Kalam Allah (sifatNya bukan lafaz Al-quran) Qadim (tidak bermula) seperti seluruh sifat-sifat-Nya. Karena Allah tidak menyerupai semua makhluk-Nya, baik pada Dzat-Nya, Sifat-sifat-Nya dan perbuatan-Nya.
Allah Maha Suci dari apa yang dikatakan orang-orang zhalim (orang kafir)dengan kesucian yang agung.
Kesimpulan dari makna (syahadat pertama) ini adalah ketetapan adanya tiga belas sifat bagi Allah,
yang sering terulang penyebutannya dalam al Qur'an,baik dengan lafazh maupun maknanya saja. Yaitu: al Wujud (Allah ada), al Wahdaniyyah (tidak ada sekutu
bagi-Nya pada dzat, sifat dan perbuatan-Nya), al Qidam(tidak bermula), al Baqa (tidak berakhir), Qiyamuhu bi nafsihi (tidak membutuhkan kepada yang lain dan segala sesuatu membutuhkan kepada-Nya), al Qudrah (Maha Kuasa), al Iradah (berkehendak), al 'Ilm (mengetahui segala sesuatu), as-Sam'u (mendengar segala sesuatu), al Bashar (melihat segala sesuatu), al Hayat (yang maha hidup), al Kalam (berbicara dengan kalam yang bukan huruf, suara dan bahasa),
Mukhalafatuhu li al hadits (tidak menyerupai segala yang baharu). Karena sifat-sifat
ini banyak penyebutannya dalam teks-teks syari'at,

para ulama mengatakan: Wajib atas setiap Mukallaf (Wajib 'Aini) untuk mengetahuinya/mengimaninya.
Dan karena Dzat Allah adalah Azali (tidak bermula), maka demikian pula sifat-sifat-Nya pasti (wajib) Azali, karena kebaharuan sifat suatu dzat melazimi kebaharuan dzat tersebut.

Makna ASHADU ANNA MUHAMMADAR RASULULLAH
"Aku mengetahui, meyakini dan mengakui (dengan ucapan) bahwa Muhammad ibn 'Abdullah ibn 'Abdul Muththalib ibn Hasyim ibn 'Abd Manaf al Qurasyi (dari kabilah Quraisy) shallallahu 'alayhi wasallam adalah hamba Allah dan utusan-Nya kepada segenap makhluk. Dan bahwa Sayyidina Muhammad SAW lahir dan diutus
(menjadi seorang Nabi dan Rasul) di Makkah, hijrah ke Madinah dan dimakamkan di sana".

Termasuk cakupan makna syahadat kedua ini,meyakini bahwa Nabi Muhammad SAW jujur dalam segala
berita yang ia bawa dan sampaikan dari Allah. Di antaranya : (adanya) siksa dan nikmat kubur,pertanyaan dua malaikat; Munkar dan Nakir, al Ba'ts(dibangkitkannya semua orang mati), al Hasyr (saat dikumpulkannya makhluk di suatu tempat), al Qiyamah (hari kiamat), al Hisab (perhitungan atas segala perbuatan), ats-Tsawab (balasan bagi seorang mukmin yang membuatnya senang), al 'Adzab (balasan bagi seseorang yang membuatnya sedih dan merugi), al Mizan (timbangan yang memiliki dua neraca; satu untuk kebaikan dan lainnya untuk keburukan), an-Nar (neraka Jahannam), ash-Shirath (jembatan terbentang di atas neraka, satu ujungnya pada bumi yang telah diganti – al Ardl al Mubaddalah- dan ujung lainnya di satu tempat menuju ke arah surga), al Haudl (telaga), as Syafa'ah (Syafa'at), al Jannah (sorga), ar Ru'yah (melihat Dzat Allah --di akhirat kelak-- dengan mata kepala dengan tanpa disifati dengan sifat-sifat makhluk, tanpa bentuk, tanpa tempat dan tanpa arah, tidak seperti terlihatnya makhluk), dan kekekalan di dalam surga dan neraka.

Juga beriman dengan para malaikat Allah,para rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, ketentuan (al maqdur)- Nya yang baik dan buruk, dan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah penutup para nabi dan pemimpin seluruh manusia (keturunan Adam). Wajib berkeyakinan juga bahwa setiap nabi Allah pasti (wajib) memiliki sifat jujur, dapat dipercaya (Amanah) dan cerdas. Mustahil bagi mereka sifat bohong, khianat, ar-Radzalah (terjatuh dalam perbuatan hina), bodoh dan dungu.

Mereka pasti (wajib) terjaga dari kekufuran, dosa-dosa besar dan dosa-dosa kecil yang
menandakan rendahnya jiwa pelakunya, baik sebelum mereka menjadi nabi maupun sesudahnya. Mereka
mungkin (ja-iz) saja melakukan dosa-dosa kecil (yang tidak menandakan rendahnya jiwa pelakunya),
namun mereka diingatkan langsung untuk taubat sebelum dosa-dosa tersebut diikuti oleh orang lain.

WA BILLAHIT TAUFIQ WAL HIDAYAH

Jumat, 04 Maret 2011

KETIKA SALAFY WAHABI INGIN MENGALIHKAN SEBUTAN WAHABI DARI DIRI MEREKA

Sekte-sekte wahabi yang semakin hari semakin lucu saja dan bodoh membodohi orang awam,mereka marah dan enggan di sebut wahabi,bahkan mereka ingin membalikkan/mengalihkan sebutan wahabi yang melekat pada ajaran mereka kepada golongan lain,sehingga terkesan pada orang awam bahwa benar yang selama ini di sebut wahabi [yang sudah terkenal sesat] bukanlah golongan mereka,begini cara mereka membodohi para pengikut nya :



Wahabi atau Wahabiyyah adalah sebuah sekte KHOWARIJ ABADHIYYAH yang dicetuskan oleh Abdul Wahhab bin Abdirrahman bin Rustum Al-Khoriji Al-Abadhi,Orang ini telah banyak menghapus Syari’at Islam ,dia menghapus kewaiban menunaikan ibadah haji dan telah teradi peperangan antara dia dengan beberapa orang yang menentangnya,Dia wafat pada tahun 197 H di kota Thorat di Afrika Utara.Penulis mengatakan bahwa firqoh ini dinamai dengan nama pendirinya,dikarenakan memunculkan banyak perubahan dan dan keyakinan dalam madzhabnya.mereka sangat membenci Ahlussunnah.
Setelah Dosen itu membacakan kitabnya Asy Syaikh berkata :”Inilah Wahabi yang dimaksud oleh imam Al-Lakhmi,inilah wahabi yang telah memecah belah kaum muslimin dan merekalah yang difatwakan oleh para ulama Andalusia dan Afrika Utara sebagaimana yang telah kalian dapati sendiri dari kitab-kitab yang kalian miliki,


begitulah singkat cerita mereka pada pengikut nya.


Tanpa bersusah payah kita mencari benar/tidak nya cerita itu,tanpa harus mencari keshahihan cerita itu,tanpa harus memberatkan diri kita mencari rujukan cerita mereka,cerita itu tidak ada hubungan apa pun dengan kesesatan salafi wahabi yang bermanhaj salaf yakni pengikut M.Ibnu Abdil Wahab,karena sesat wahabi bermanhaj salaf ini bukan karena cerita itu sama sekali,tapi karena aqidah Tajsim/Tasybih dalam manhaj salaf yang mereka yakini sekarang,tanpa mengkaji sejarah pun,kita bisa menemukan di mana kesesatan Wahabi yang bermanhaj Salaf,yaitu dengan mencarikan dalil2 atau pendapat Ulama terdahulu.

BERIKUT AQIDAH SESAT WAHABI SEKARANG

1. Membagikan Tauhid kepada 3 Kategori

i. Tauhid Rububiyyah: Dengan tauhid ini, mereka mengatakan bahawa kaum musyrik Mekah dan orang-orang kafir juga mempunyai tauhid.
...
Tauhid Uluhiyyah: Dengan tauhid ini, mereka menafikan tauhid umat Islam yang bertawassul, beristigatsah dan bertabarruk sedangkan ketiga-tiga perkara tersebut diterima oleh mayoritas ulama Islam khususnya ulama empat mazhab.

Tauhid Asma dan Sifat: Tauhid versi mereka ini boleh menjerumuskan seseorang ke lembah tasybih dan tajsim

Menterjemahkan istawa sebagai bersemayam/bersila/bertempat

ii. Merterjemahkan yad sebagai tangan hakikat

iii. Menterjemahkan wajh sebagai muka hakikat

iv. Menisbahkan jihat (arah) kepada Allah (arah atas – jihat „ulya)

v. Menterjemahkan janb sebagai lambung/rusuk

vi. Menterjemah nuzul sebagai turun dengan zat

vii. Menterjemah saq sebagai betis

viii. Menterjemah ashabi' sebagai jari-jari, dll

ix. Menyatakan bahwa Allah SWT mempunyai "surah" atau rupa [Terbaru]

x. Menambah bi zatihi haqiqatan [dengan zat secara hakikat] di akhir setiap ayat-ayat mutashabihat, sedangkan penambahan itu tidak ada di dalam al-Qur'an dan al-Sunnah. Imam al-Zahabi sendiri mengkritik gurunya, Ibnu Taymiyyah berkenaan

masalah ini di dalam Siyar A'lam al-Nubala' [Rujuk kitab yang ditahqiq oleh bukan Wahabi kerana Wahabi membuang kritikan ini dalam terbitan mereka] [Terbaru]

xi. Sebahagian golongan Mujassimah menyatakan bahawa Allah :

* mempunyai gusi ( اللثة ) dan gigi gerham ( الأضراس ) [Terbaru]

* akan "duduk" bersama Nabi Muhammad SAW di atas arash [Terbaru]

* mempunyai mulut ( الفم ) [Terbaru]

(Rujuk Kitab Ibthal al-Ta'wilat oleh Abu Ya'la al-Farra' yang telah diterbitkan semula oleh "tangan-tangan Tajsim dan Tasybih" )

2. Tafwidh yang digembar-gemburkan oleh mereka adalah bersalahan dengan tafwidh yang dipegang oleh ulama Asy'ariyah dan ulama salaf.

3. Memahami ayat-ayat mutasyabihat secara zahir tanpa huraian terperinci dari ulama mu'tabar

4. Menolak Asy'ariyah dan Maturidiyyah yang merupakan mayoritas ulama Islam dalam perkara Aqidah

5. Sering mengkrititik Asy'ariyah bahkan sehingga mengkafirkan Asy'ariyah

6. Menyamakan Asy'ariyah dengan Mu'tazilah dan Jahmiyyah atau Mu'aththilah dalam perkara mutasyabihat

7. Menolak dan menganggap pengajian sifat 20 sebagai satu konsep yang bersumberkan falsafah Yunani

8. Berlindung di balik Manhaj Salaf

9. Golongan mereka ini dikenali sebagai al-Hasywiyyah, al-Karramiyyah, al-Mushabbihah,al-Mujassimah atau al-Jahwiyyah dikalangan ulama Ahli Sunnah wal Jama'ah

10. Sering mengatakan bahwa Abu Hasan Al-Asy'ari telah kembali ke mazhab Salaf setelah bertaubat dari mazhab Asy'ariyah

11. Mendakwa dulunya ulama Asy'ariyah tidak betul-betul memahami fahaman Abu Hasan

al-Asy'ari, bahkan sering mendakwa dulunya mereka adalah pengikut Imam Abu al-Hasan al-'Ash'ari yang sebenar. Sungguh lucu dakwaan ini [Terbaru]

12. Menolak takwil dalam bab Mutashabihat

13. Sering mendakwa bahwa ramai ummat Islam telah jatuh ke dalam syirik

14. Mendakwa bahwa amalan memuliakan Rasulullah SAW mungkin membawa kepada syirik

15. Tidak menganggap penting kesan-kesan sejarah para anbiya, ulama dan shalihin dengan alasan menghindari syirik

16. Kefahaman yang salah berkenaan syirik sehingga mudah menghukum orang sebagai membuat amalan syirik

17. Menolak tawassul, tabarruk dan istighatsah dengan para anbiya serta shalihin

18. Mengganggap tawassul, tabarruk dan istighatsah sebagai cabang-cabang syirik

19. Memandang remeh karamah para aulia

20. Menyatakan bahawa ibu bapa dan kakek Rasulullah SAW tidak selamat dari azab api neraka.

21. Mengharamkan mengucap "radiallahu anha" bagi ibu Rasulullah SAW, Sayyidatuna Aminah [Terbaru]

22. Menamakan Malaikat Maut sebagai 'Izrail adalah bid'ah [Terbaru] - Fatwa Sholeh Utsaymin.


BERIKUT DALIL DAN PENDAPAT ULAMA TENTANG KAFIR ORANG YANG MENJISIMKAN ALLAH

“Engkau tidaklah menemukan yang serupa dengan-Nya (Allah). (QS. Maryam: 65)
“Dia (Allah) tidak menyerupai sesuatupun dari makhluk-Nya, dan tidak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya. (QS. as-Syura: 11)

Rasulullah Shallallahu 'Alayhi Wa Sallam bersabda: Allah ada pada azal (Ada tanpa
permulaan) dan belum ada sesuatupun selain-Nya (H.R. al-Bukhari, al-Bayhaqi dan Ibn al-Jarud)

sayyidina Ali ibn Abi Thalib -berkata:
"Allah ada (pada azal) dan belum ada tempat dan Dia (Allah) sekarang (setelah menciptakan
tempat) tetap seperti semula, ada tanpa tempat" (Dituturkan oleh al-Imam Abu Manshur al-Baghdadi dalam kitabnya al-Farq Bayn al-Firaq, h. 333).

Al-Imam al-Bayhaqi (w 458 H) dalam kitabnya al-Asma Wa ash-Shifat, hlm. 506, berkata:
"Sebagian dalam menafikan tempat bagi Allah mengambil dalil dari sabda
Rasulullah shalllallahu 'alayhi wa sallam:
"Engkau Ya Allah azh-Zhahir (yang segala sesuatu menunjukkan akan ada-Nya), tidak ada
sesuatu apapun di atas-Mu, dan Engkau al-Bathin (yang tidak dapat dibayangkan) tidak ada
sesuatu apapun di bawah-Mu (HR. Muslim dan lainnya). Jika tidak ada sesuatu apapun di
atas-Nya dan tidak ada sesuatu apapun di bawah-Nya maka berarti Dia ada tanpa tempat".


Al-Imam Abu al-Hasan al-Asy'ari (w 324 H) berkata:"Sesungguhnya Allah ada tanpa tempat" (Diriwayatkan oleh al-Bayhaqi dalam kitab al-AsmaWa ash-Shifat).
Al-Imam al-Asy‘ari juga berkata: "Tidak boleh dikatakan bahwa Allah di satu tempat atau di
semua tempat". Perkataan al-Imam al-Asy'ari ini dinukil oleh al-Imam Ibn Furak (w 406 H)
dalam kitab al-Mujarrad. Syekh Abd al-Wahhab asy-Sya'rani (w 973 H) dalam kitab al-Yawaqit Wa al-Jawahir menukil perkataan Syekh Ali al-Khawwash: "Tidak boleh dikatakan
Allah ada di mana-mana". Maka aqidah yang wajib diyakini adalah bahwa Allah ada tanpa
arah dan tanpa tempat.

al-Al-Imam al-Mujtahid Abu Hanifah an-Nu‘man ibn Tsabit (w 150 H), salah seorang
ulama salaf terkemuka, perintis madzhab Hanafi, berkata:“Allah ta‘ala di akhirat kelak akan dilihat. Orang-orang mukmin akan melihat-Nya ketika
mereka di surga dengan mata kepala mereka masing-masing dengan tanpa adanya keserupaan
bagi-Nya, bukan sebagai bentuk yang berukuran, dan tidak ada jarak antara mereka dengan
Allah (artinya bahwa Allah ada tanpa tempat, tidak di dalam atau di luar surga, tidak di atas,
bawah, belakang, depan, samping kanan ataupun samping kiri) (Lihat al-Fiqhul Akbar karya
Imam Abu Hanifah dengan Syarahnya karya Mulla Ali al-Qari, h. 136-137).

Al-Imam al-Mujtahid Muhammad ibn Idris as-Syafi‘i (w 204 H), perintis madzhab Syafi‘i,
dalam salah satu kitab karyanya, al-Kaukab al-Azhar Syarh al-Fiqh al-Akbar, berkata:“Ketahuilah bahwa Allah tidak bertempat. Argumentasi atas ini ialah bahwa Dia ada tanpa
permulaan dan tanpa tempat. Maka setelah menciptakan tempat Dia tetap pada sifat-Nya
yang azali sebelum Dia menciptakan tempat; yaitu ada tanpa temapt. Tidak boleh pada hak
Allah adanya perubahan, baik perubahan pada Dzat-Nya maupun pad asifat-sifat-Nya.
Karena sesuatu yang memiliki tempat maka ia pasti memiliki arah bawah. Dan bila demikian
maka ia pasti memiliki bentuk tubuh dan batasan. Dan sesuatu yang memiliki batasan pasti
sebagai makhluk, dan Allah maha suci dari pada itu semua. Karena itu mustahil pada haknya
terdapat istri dan anak. Sebab hal semacam itu tidak akan terjadi kecuali dengan adanya
sentuhan, menempel dan terpisah. Allah mustahil pada-Nya sifat terbagi-bagi dan terpisahpisah.
Tidak boleh dibayangkan dari Allah adanya sifat menempel dan berpisah. Oleh sebab
itu adanya istilah suami, astri dan anak pada hak Allah adalah sesuatu yang mustahil‖ (Lihat
al-Kaukab al-Azhar Syarh al-Fiqh al-Akbar, h. 13).

“Jika dikatakan bukankah Allah telah berfirman: ar-Rahman 'Ala al-'Arsy Istawa‖?
Jawab:Ayat ini termasuk ayat mutasyabihat. Sikap yang kita pilih tentang hal ini dan ayat-ayat yang semacam dengannya ialah bahwa bagi seorang yang tidak memiliki kompetensi dalam bidang ini agar supaya mngimaninya dan tidak secara mendetail membahasnya atau
membicarakannya. Sebab seorang yang tidak memiliki kompetensi dalam hal ini ia tidak
akan aman, ia akan jatuh dalam kesesatan tasybih. Kewajiban atas orang semacam ini, juga
seluruh orang Islam, adalah meyakini bahwa Allah -seperti yang telah kita sebutkan di atas-,
Dia tidak diliputi oleh tempat, tidak berlaku atas-Nya waktu dan zaman. Dia maha suci dari
segala batasan atau bentuk dan segala penghabisan. Dia tidak membutuhkan kepada segala
tempat dan arah. Dengan demikian orang ini menjadi selamat danri kehancuran dan
kesesatan‖ (al-Kaukab al-Azhar Syarh al-Fiqh al-Akbar, h. 13).

Al-Imam al-Mujtahid Abu Abdillah Ahmad ibn Hanbal (w 241 H), perintis madzhab
Hanbali, juga seorang Imam yang agung ahli tauhid. Beliau mensucikan Allah dari tempat
dan arah. Bahkan beliau adalah salah seorang terkemuka dalam akidah tanzih. Dalam pada ini
as-Syaikh Ibn Hajar al-Haitami menuliskan:“Apa yang tersebar di kalangan orang-orang bodoh yang menisbatkan dirinya kepada madzhab Hanbali bahwa beliau telah menetapkan adanya tempat dan arah bagi Allah, maka sungguh hal tersebut adalah merupakan kedustaan dan kebohongan besar atasnya‖ (Lihat Ibn Hajar al-Haitami dalam al-Fatawa al-Haditsiyyah, h. 144)

Dan masih sangat banyak lagi dalil dan pendapat yang menunjukkan sesat nya aqidah2 dalam Tauhid yang di namai Manhaj Salaf sekarang,maka berhati2lah wahai saudara ku,dengan kelicikan kaum penyesat ummat itu,jangan mudah tertipu dengan kata2 manis mereka,tapi lihatlah dulu maksud dari nya,karena kebusukan2 mereka semua di balut dengan kata2/istilah yang menggugah hati.

na'uzubillah wa nasta'inuhu min zalik

Rabu, 02 Maret 2011

JAUHILAH ALIRAN SALAFI-WAHABI

CIRI-CIRI GOLONGAN SALAFIYYAH WAHHABIYYAH

AQIDAH
1. Membagikan Tauhid kepada 3 Kategori
i. Tauhid Rububiyyah: Dengan tauhid ini, mereka mengatakan bahawa kaum
musyrik Mekah dan orang-orang kafir juga mempunyai tauhid.
Tauhid Uluhiyyah: Dengan tauhid ini, mereka menafikan tauhid umat Islam yang
bertawassul, beristigatsah dan bertabarruk sedangkan ketiga-tiga perkara tersebut
diterima oleh mayoritas ulama Islam khususnya ulama empat mazhab.
Tauhid Asma dan Sifat: Tauhid versi mereka ini boleh menjerumuskan seseorang
ke lembah tasybih dan tajsim
Menterjemahkan  istawa sebagai bersemayam/bersila/bertempat
ii. Merterjemahkan  yad sebagai tangan hakikat
iii. Menterjemahkan wajh sebagai muka hakikat
iv. Menisbahkan  jihat (arah) kepada Allah (arah atas – jihat „ulya)
v. Menterjemahkan  janb sebagai lambung/rusuk
vi. Menterjemah  nuzul sebagai turun dengan zat
vii. Menterjemah  saq sebagai betis
viii. Menterjemah ashabi' sebagai jari-jari, dll
ix. Menyatakan bahwa Allah SWT mempunyai "surah" atau rupa [Terbaru]
x. Menambah bi zatihi haqiqatan [dengan zat secara hakikat] di akhir setiap ayat-ayat
mutashabihat, sedangkan penambahan itu tidak ada di dalam al-Qur'an dan al-
Sunnah. Imam al-Zahabi sendiri mengkritik gurunya, Ibnu Taymiyyah berkenaan
masalah ini di dalam Siyar A'lam al-Nubala' [Rujuk kitab yang ditahqiq oleh bukan
Wahabi kerana Wahabi membuang kritikan ini dalam terbitan mereka] [Terbaru]
xi. Sebahagian golongan Mujassimah menyatakan bahawa Allah :
* mempunyai gusi ( اللثة ) dan gigi gerham ( الأضراس ) [Terbaru]
* akan "duduk" bersama Nabi Muhammad SAW di atas arash [Terbaru]
* mempunyai mulut ( الفم ) [Terbaru]
(Rujuk Kitab Ibthal al-Ta'wilat oleh Abu Ya'la al-Farra' yang telah diterbitkan semula oleh
"tangan-tangan Tajsim dan Tasybih" )
2. Tafwidh yang digembar-gemburkan oleh mereka adalah bersalahan dengan tafwidh yang
dipegang oleh ulama Asy'ariyah dan ulama salaf.
3. Memahami ayat-ayat mutasyabihat secara zahir tanpa huraian terperinci dari ulama mu'tabar
4. Menolak Asy'ariyah dan Maturidiyyah yang merupakan mayoritas ulama Islam dalam
perkara Aqidah
5. Sering mengkrititik Asy'ariyah bahkan sehingga mengkafirkan Asy'ariyah
6. Menyamakan Asy'ariyah dengan Mu'tazilah dan Jahmiyyah atau Mu'aththilah dalam
perkara mutasyabihat
7. Menolak dan menganggap pengajian sifat 20 sebagai satu konsep yang bersumberkan
falsafah Yunani
8. Berlindung di balik Manhaj Salaf
9. Golongan mereka ini dikenali sebagai al-Hasywiyyah, al-Karramiyyah, al-Mushabbihah,
al-Mujassimah atau al-Jahwiyyah dikalangan ulama Ahli Sunnah wal Jama'ah
10. Sering mengatakan bahwa Abu Hasan Al-Asy'ari telah kembali ke mazhab Salaf setelah
bertaubat dari mazhab Asy'ariyah
11. Mendakwa dulunya ulama Asy'ariyah tidak betul-betul memahami fahaman Abu Hasan
al-Asy'ari, bahkan sering mendakwa dulunya mereka adalah pengikut Imam Abu al-
Hasan al-'Ash'ari yang sebenar. Sungguh lucu dakwaan ini [Terbaru]
12. Menolak takwil dalam bab Mutashabihat
13. Sering mendakwa bahwa ramai ummat Islam telah jatuh ke dalam syirik
14. Mendakwa bahwa amalan memuliakan Rasulullah SAW mungkin membawa kepada syirik
15. Tidak menganggap penting kesan-kesan sejarah para anbiya, ulama dan shalihin dengan
alasan menghindari syirik
16. Kefahaman yang salah berkenaan syirik sehingga mudah menghukum orang sebagai
membuat amalan syirik
17. Menolak tawassul, tabarruk dan istighatsah dengan para anbiya serta shalihin
18. Mengganggap tawassul, tabarruk dan istighatsah sebagai cabang-cabang syirik
19. Memandang remeh karamah para aulia
20. Menyatakan bahawa ibu bapa dan kakek Rasulullah SAW tidak selamat dari azab api
neraka.
21. Mengharamkan mengucap "radiallahu anha" bagi ibu Rasulullah SAW, Sayyidatuna
Aminah [Terbaru]
22. Menamakan Malaikat Maut sebagai 'Izrail adalah bid'ah [Terbaru] - Fatwa Sholeh
Utsaymin

SIKAP
1. Sering membid'ahkan amalan umat Islam bahkan sampai ke tahap mengkafirkan mereka
2. Mengganggap diri sebagai mujtahid atau berlagak sepertinya (walaupun tidak layak)
3. Sering mengambil hukum secara langsung dari al-Quran dan hadis (walaupun tidak
layak)
4. Sering melecehkan ulama pondok dan golongan yang lain.
5. Ayat-ayat al-Quran dan Hadis yang ditujukan kepada orang kafir sering ditafsir ke atas
orang Islam.
6. Memaksa orang lain berpegang dengan pendapat mereka walaupun pendapat itu shazz
(janggal).
7. Bersikap "taqiyyah" apabila dirasakan perlu. Fatwa mereka berbeda apabila berbicara di
hadapan masyarakat umum dengan pengajian khusus bersama mereka [Terbaru].
8. Apabila mereka sedikit dan tidak berkuasa membela diri, mereka menjawab dengan slogan "Berlapang
dada", namun apabila mereka ramai dan berkuasa mereka mempraktekkan slogan
"Meghilangkan Bid'ah" [Sikap ini diambil berdasarkan kata-kata para ulama' Mekah yang
memerhatikan sikap Wahabi di Mekah sewaktu ia mula-mula berkembang sampai
kini.][Terbaru].
9. Apabila mereka menerima tentangan dari pada mayoritas ulama', mereka menyatakan itu
adalah asam garam dalam perjuangan. Sedangkan para ulama' menyatakan bahawa
apabila sesuatu itu ditolak oleh kebanyakan para ulama', maka itu adalah tanda-tanda
kesesatan, kepelikan dan kejanggalan (shazz) atau ketergelinciran (zallah) kerana para
ulama' umat Nabi Muhammad SAW tidak akan bersepakat di dalam kesesatan
seperti yang disebut di dalam hadits Rasulullah SAW [Terbaru]

ALLAHUMMA INNA NA'UZUBIKA MIN FITNATIL WAHABIYYAH........Amiiin